Tubuhmu yang terbungkuk
Tersandar lemah di kursi kayu tua
Jemari kurus terkulai
Menggenggam pena
Menggenggam pena
Engkau goreskan sajak
Sisa rambutmu perak
Tinggal segenggam
Terbaca pahit kerasnya perjalanan
Nampaknya ingin
Kau tumpahkan seluruhnya
Kau tumpahkan seluruhnya
Didalam puisi
Dari alis matamu terbentuk
Garis guratan kokoh jiwa
Angin yang deras menghempas
Tak kau hiraukan
Batinmu kuat bertahan
Batinmu kuat bertahan
Meski pun raga semakin rapuh
Tak pernah risau
Selalu tersimpul senyum
Selalu tersimpul senyum
Sepantasnya aku jadikan
Suri teladan
Suri teladan
Potret perjuangan
Ohoho...ibu ada yang ingin
'Ku tanyakan padamu
Hasil panenan kemarau ini
Sesubur panen
Yang kita petik bersama
Yang kita petik bersama
Ohoho...ibu apa kabar
Sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam ditelan jaman
Setelah cucumu lahir
Aku lebih paham betapa beratnya
Membesarkan dan setia melindungi
Semua anak anakmu
Kita yang selalu hidup sederhana
Kau sanggup mengasuh
Hingga kami dewasa
Dengarkanlah nyanyian
Yang aku peruntukkan buatmu ibu
Ohoho...ibu ada yang ingin
'Ku tanyakan padamu
Hasil panenan kemarau ini
Sesubur panen
Yang kita petik bersama
Yang kita petik bersama
Ohoho...ibu apa kabar
Sawah kita sepetak
Masih bisakah kita tanami
Atau terendam ditelan jaman
Comments
Post a Comment