Disaat lonceng
Berdentang sembilan kali
Ku nyalakan televisi
Ku ikuti berita dunia
Sepanjang rentang acara
Ku jadi terlena
Ketika mau membuka
Berita pertama
Disusul lomba senjata
Yang timbulkan
Banyak bencana
Seakan di negeri sana
Nyawa tak berharga
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Yang selalu risau
Dalam gelisah
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Jadi korban napsu
Dan tahta
Ketika lonceng
Berdentang sepuluh kali
Ku padamkan televisi
Ku kembali di dalam sepi
Tinggalah sejuta tanya
Terpendam di dada
Mengapakah tragedi
Tak ada habisnya
Membayangi hidup mereka
Yang terhimpit oleh bencana
Seakan di negeri sana
Jiwa tak berharga
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Yang selalu risau
Dalam gelisah
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Jadi korban napsu
Dan tahta
Inikah pertanda dunia
Sudah tua
Atau manusia yang lupa
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Yang selalu dicekam gelisah
Malangnya nasib
Saudaraku di sana
Jadi korban napsu dan tahta
Masihkah adakah
hHari esok bagi kita
Comments
Post a Comment