Kecripat air lumpur di cangkul petani tua
Dari pagi sampai petang hari
Lelah tak terhingga sepanjang hari
Keringat bercucuran di pipinya
Setahun berlalu sewindu terasa sudah
Kini kau telah semakin tua
Anak dan istrimu terlantar jadinya
Walau hanya sesuap nasi saja
Di saat terjaga di pagi buta
Kau segera pergi ke kota
Dengan beban yang berat
Tersampir di pundakmu
Memikul keranjang sayuran
Seminggu di kota amat menyedihkan
Kau tidur berlantaikan
Teras dingin berdebu
Oh...
Petani kecil kini ia kembali ke desa
Oh...
Petani tua kini semakin duka
Beban deritamu amat berat
Ia tak tahu apa yang terjadi
Yang pasti tuhan penyayang umatnya
Music :
Di saat terjaga di pagi buta
Kau segera pergi ke kota
Dengan beban yang berat
Tersampir di pundakmu
Memikul keranjang sayuran
Seminggu di kota amat menyedihkan
Kau tidur berlantaikan
Teras dingin berdebu
Oh...
Petani kecil kini ia kembali ke desa
Oh...
Petani tua kini semakin duka
Beban deritamu amat berat
Ia tak tahu apa yang terjadi
Yang pasti tuhan penyayang umatnya
Dari pagi sampai petang hari
Lelah tak terhingga sepanjang hari
Keringat bercucuran di pipinya
Setahun berlalu sewindu terasa sudah
Kini kau telah semakin tua
Anak dan istrimu terlantar jadinya
Walau hanya sesuap nasi saja
Di saat terjaga di pagi buta
Kau segera pergi ke kota
Dengan beban yang berat
Tersampir di pundakmu
Memikul keranjang sayuran
Seminggu di kota amat menyedihkan
Kau tidur berlantaikan
Teras dingin berdebu
Oh...
Petani kecil kini ia kembali ke desa
Oh...
Petani tua kini semakin duka
Beban deritamu amat berat
Ia tak tahu apa yang terjadi
Yang pasti tuhan penyayang umatnya
Music :
Di saat terjaga di pagi buta
Kau segera pergi ke kota
Dengan beban yang berat
Tersampir di pundakmu
Memikul keranjang sayuran
Seminggu di kota amat menyedihkan
Kau tidur berlantaikan
Teras dingin berdebu
Oh...
Petani kecil kini ia kembali ke desa
Oh...
Petani tua kini semakin duka
Beban deritamu amat berat
Ia tak tahu apa yang terjadi
Yang pasti tuhan penyayang umatnya
Comments
Post a Comment